Minggu, 08 Januari 2017

Kitab Mawaqif Almukhotobat Imam An Nifari - Ujian Bagi Manusia

BUKU 2

mawaqif almukhotobat

1.     U J I A N
 Hikmah yang terkandung di balik penciptaan dunia dan ujian bagi manusia.

Al-Imam An-Nafri mengatakan : Bahwa tubuh (Jasad) itu adalah suatu hakikat yang akan sirna dan bahwa tubuh itu merupakan batu ujian yang diciptakan oleh Allah untuk menguji Ruh.
Sifat-sifat manusiawi dengan apa yang ada padanya dari syahwat-syahwat dan keinginan-keinginan serta kemauan-kemauan yang di ikuti dengan pelanggaran-pelanggaran, adalah juga sebagai cobaan dan ujian dari tujuan Roh.

Tiada wujud yang sebenarnya, kalau di tilik dari sifat manusia yang dikaitkan dengan kemanusiaan, tetapi yang ada hanyalah daya yang merangsang untuk menguji Ruh agar dapat diketahui dan dikenal sampai di martabat yang dapat dicapai.

Apakah Ruh itu bisa mencapai nisbatnya kepada Allah, lalu Roh mengarahkan segenap kemampuannya untuk merindukan dan mencintai Allah, ataukah Roh itu tertarik oleh jasad dengan memanjakan syahwat-syahwatnya.

Di Sinilah letak Ujian itu.

Allah berseru dengan tutur kata-Nya :

“Sesungguhnya Aku dahirkan (nyata) syahwat itu sebagai dinding kukuh yang menghijab atasmu untuk tawajjuhmu (menuju ke tujuanmu yang sebenarnya) dan.... andaikan engkau melihat dirimu sendiri sebagai engkau melihat kepada langit-langit dan bumi, tentu saja akan nampak olehmu bahwa yang menyaksikan itu adalah engkau, pribadimu, tanpa adaya syahwat dan keinginan”.

“Karena pengujian-Ku kepadamu maka aku coba engkau dengan syahwat-syahwat yang bersifat tidak menetap pada dirimu di bawah kekuasaan hukummu dan tidak pula bisa menetap pada dirimu atas dasar penndirianmu, maka... sifat kemanusiaanmu itu yang condong dan berkeinginan, dan ia pulalah yang mengejar kepuasan, tetapi sebenarnya engkau tidak condong ke situ dan tidak pula berkeinginan maupun mengejar kepuasan dan kelezatan”.

“Engkau yang sebenarnya adalah di balik dinding yang merupakan syahwat dan di belakang tabir penutup sifat kemanusiaan. Engkau yang sejati adalah suatu roh yang suci bersih, tanpa noda syahwat, dan berada jauh di atas ketinggian sifat kemanusiaan tanpa condong pada apa pun dan tidak pula berkeinginan”.

Dari arah lain DIA menyeru : “Hai hamba !!  Engkau dalam keadaan lapar lalu engkau lahap makanan, maka hal yang demikian engkau bukan daripada-Ku; dan AKU pun bukan dari padamu (yang dimaksud .. ialah seorang hamba yang berdaya untuk mengalahkan tabiatnya sendiri, adalah menjadi dalil yang nyata bahwa hamba tersebut telah mengenal dirinya dan telah pula mencapai kemuliaan nasabnya dengan adanya suatu pertalian roh yang erat dan berkait kepada ALLAH.... bukan jasad yang bernasab pada tanah).

Di alam Al-Qur’an disebutkan peristiwa Thalud yang berkata kepada bala tentaranya :
“Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai, maka barangsiapa yang minum daripadanya (sepuas penghilang dahaganya) maka ia bukan dari golonganku, dan barang siapa yang tidak merasakan kesegaran, maka ia dari golonganku, kecuali orang yang hanya menyauk sekali sauk dengan tangannya (sekedar pembasah tenggorokan)”. (QS. Al-Baqarah 2:249).

Ayat tersebut di atas mengandung juga hikmah puasa, maka... yang demikian itu merupakan kenyataan roh tentang dirinya dan kesanggupannya untuk menahan diri dari perbuatan (menginginkan kepuasan) jasad dari apa yang menjadi ujian untuknya. Begitu halnya bila seorang sedang berpuasa menolak makanan berarti telah memahami sifatnya (yang asli), bahwa roh itu tidak memerlukan makanan dan minuman.

Allah berseru kepada hamba-Nya : “Aku ciptakan engkau adalah melulu  untuk-Ku, tinggal di samping-Ku, untuk menjadi sasaran pandangan-Ku dan dalam lingkungan pemeliharaan-Ku.

Dan Aku telah membangun di sekitarmu bendungan yang mengelilingi dari segala jurusan demi cemburu-Ku atasmu.

Kemudian Aku berkehendak untuk menguji engkau, lalu aku Buka pada bendungan tadi pintu-pintu sebanyak apa yang telah Ku ciptakan, dan sebanyak bilangan apa yang telah Ku nyatakan dari pengaruh-pengaruh yang merangsang.

Dan di luar setiap pintu, Ku tumbuhkan sebatang pohon yang rindang yang dikelilingi genangan mata air yang jernih sejuk, dan Aku hauskan engkau!!!


Lalu aku pun bersumpah demi karunia-karunia-Ku, selama engkau menjarak keluar daripada-Ku untuk minum, melainkan akan Ku sia-siakan engkau, jangan diharapkan engkau akan dapat kembali berdampingan dengan-Ku, dan tidak pula engkau akan berhasil mendapatkan minuman  yang engkau harap-harapkan, maka.... sesungguhnya jika terjadi hal demikian, berarti engkau telah sesat jalan daripada-Ku dan engkau telah melupakan bahwa Aku adalah sebenarnya minuman Yang Maha Tunggal dan rumah tempatmu berlindung yang tunggal bagimu, dan sesungguhnya Akulah Allah Pencipta segala sesuatu. Dari pada-Kulah segala pertolongan dan bantuan, dan dengan Aku pulalah kehidupan sejati yang sesungguhnya.

BUKU 1: Tauhid
BUKU 3: Arti Nama Yang Maha Perkasa

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.

1 comments so far

Trimakasih buku ini, karangan imam an nafri yang aku cari dari dulu