Rabu, 11 April 2018

Menambah Lafadz Sayyidina Pada Azan - Pembelaan Untuk Ust. Abdul Somad Lc MA


APA YANG DISAMPAIKAN USTADZ ABDUSH SHOMAD, LC. MA hafidzohullah BENAR ADANYA.
Oleh: Abdullah Al-Jirani.

Apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdush Shomad, Lc, MA hafidzohullah benar, bahwa pendapat yang menganjurkan untuk menambahkan lafadz “sayyidina” pada adzan, tepatnya sebelum lafadz “Muhammad”, adalah merupakan pendapat dari sebagian ulama’ Asy-Syafi’iyyah dan ada pada kitab-kitab mereka. Bahkan hal ini merupakan pendapat yang mu’tamad (dijadikan sandaran) dari mereka.

Al-Imam Muhammad bin Abil Abbas Ar-Ramli –rahimahullah- (wafat : 1004 H) berkata:

وَالْأَفْضَلُ الْإِتْيَانُ بِلَفْظِ السِّيَادَةِ كَمَا قَالَهُ ابْنُ ظَهِيرَةَ وَصَرَّحَ بِهِ جَمْعٌ وَبِهِ أَفْتَى الشَّارِحُ لِأَنَّ فِيهِ الْإِتْيَانَ بِمَا أُمِرْنَا بِهِ وَزِيَادَةُ الْأَخْبَارِ بِالْوَاقِعِ الَّذِي هُوَ أَدَبٌ فَهُوَ أَفْضَلُ مِنْ تَرْكِهِ وَإِنْ تَرَدَّدَ فِي أَفْضَلِيَّتِهِ الْإِسْنَوِيُّ، وَأَمَّا حَدِيثُ «لَا تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلَاةِ» فَبَاطِلٌ لَا أَصْلَ لَهُ كَمَا قَالَهُ بَعْضُ مُتَأَخِّرِي الْحُفَّاظِ
“Yang paling utama, mendatangkan lafadz “sayyidina” sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Dzohirah dan telah ditegaskan oleh sekelompok dari para ulama’. Hal ini juga telah difatwakan oleh penjeles kitab ini (Jalaluddin Al-Mahali-rahimahullah). Karena di dalamnya terdapat perwujudan mendatangkan apa yang kami diperintah dengannya serta adanya tambahan pengkabaran terhadapa kenyataan yang hal ini merupakan adab (terhadap beliau-shollallahu ‘alaihi wa sallam). Dan hal ini lebih utama dari meninggalkannya. Walaupun Al-Isnawi rahimahullah masih bimbang tentang keutamaannya. Adapun hadits : “Janganlah kalian sebut aku dengan “sayyidina” di dalam sholat”, merupakan hadits batil yang tidak ada asalnya, sebagaimana dinyatakan oleh sebagian hufadz kurun belakangan”.
[ Nihayatul Muhtaj Ila Syarhil Minhaj : 1/530 ].

Dalam “Hasyiyah-nya” (catatan ringannya), Al-Imam Abu Dhiya’ Nuruddin bin Ali Asy-Syabromalisi Al-Aqhari rahimahullah (wafat : 1087 H) berkata :

(قَوْلُهُ: لِأَنَّ فِيهِ الْإِتْيَانَ إلَخْ) يُؤْخَذُ مِنْ هَذَا سَنُّ الْإِتْيَانِ بِلَفْظِ السِّيَادَةِ فِي الْأَذَانِ، وَهُوَ ظَاهِرٌ لِأَنَّ الْمَقْصُودَ تَعْظِيمُهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - بِوَصْفِ السِّيَادَةِ حَيْثُ ذُكِرَ.لَا يُقَالُ: لَمْ يَرِدْ وَصْفُهُ بِالسِّيَادَةِ فِي الْأَذَانِ.
لِأَنَّا نَقُولُ: كَذَلِكَ هُنَا وَإِنَّمَا طَلَبَ وَصْفَهُ بِهَا لِلتَّشْرِيفِ وَهُوَ يَقْتَضِي الْعُمُومَ فِي جَمِيعِ الْمَوَاضِعِ الَّتِي يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُهُ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ -
“Ucapannya (Ar-Ramli) : “....Karena di dalamnya terdapat perwujudan mendatangkan apa yang...”, dari sini dapat diambil hukum, disunahkannya untuk mendatangkan lafadz “sayyidina” di dalam adzan, dan ini merupakan hal yang sangat jelas. Karena yang dimaksudkan, mengagungkan beliau-shollallahu ‘alaihi wa sallam- dengan sifat “sayyidina” (tuan kami) dimana saja (nama nabi) disebut. Jangan ada yang mengatakan :”Tidak datang (dalil) penyifatan lafadz “sayyidina” dalam adzan”, karena kami sepakat dengan hal ini. Akan tetapi dia menuntut untuk menyifati beliau dengannya (lafadz sayyidina) untuk pemulian. Dan ini mengandung keumuman dalam seluruh keadaan yang nama beliau –shollallahu ‘alihi wa sallam- disebut”.
[ Hasyiyah Nihayatul Muhtaj : 1/530 ].

Sehingga tuduhan kepada beliau, ust. Abdush Shomad hafidzohullah, dengan menyatakan sebagai fatwa aneh, dan hanya mengatasnamakan ulama’ asy-syafi’iyyah dalam penukilan (maksudnya berdusta), ini merupakan fitnah yang sangat dzolim dan sangat keji. Bahkan kekejian ini semakin lengkap, saat amalan beliau dikatakan mirip dengan Syi’ah. (lihat gambar).Na’udzubillah minal khudzlan !


Maka hendaknya orang yang melakukan tuduhan-tuduhan keji kepada Ust. Abdush Shomad, segera bertaubat dan minta maaf sebelum ajal menjemputnya. Karena jika tidak, itu semua akan menjadi bumerang yang akan membinasakannya nanti di hari kiamat. Setiap kalimat, bahkan setiap kata yang kita tulis dan kita ucapkan, akan ada perhitungannya kelak. Duhai berapa banyak orang-orang yang diseret ke dalam api Neraka, disebabkan oleh berbagai kedzoliman yang mereka lakukan kala hidup di dunia.

Saya menulis ini, hanya ingin mendudukkan perkara sebagaimana mestinya saja. Tidak lebih dan tidak kurang. Menyikapi sesama muslim haruslah adil, apalagi dia seorang da’i. Janganlah kebencian kita kepada beliau, menjadikan kita gelap mata. Alloh berfirman :

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Janganlah kebencian kalian kepada suatu kaum, menjadikan kalian tidak berbuat adil kepada mereka. Berbuat adillah ! karena keadilan lebih dekat kepada ketaqwaan. Dan bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian lakukan.”
[ QS. Al-Maidah : 8 ].

Saya tidak sepakat dengan Ustadz Abdush Shomad dalam beberapa hal. Akan tetapi hal itu tidak menjadikan saya harus mendzolimi beliau. Saya pernah mengkritik pendapat beliau yang menurut saya salah. Tapi saya juga akan membela beliau pada pendapat yang menurut saya beliau benar. Bagaimanapun, beliau adalah saudara kita semua yang diikat oleh tali yang sangat mulia, yaitu keimanan dan keislaman. Tidak ada hal yang lebih mulia dari keduanya. Saling mencintai dan mengasihi tidak kemudian menghalangi untuk saling menasihati. Saling menasihati juga tidak meniadakan rasa saling mencintai dan mengasihi. Selama mereka semua masih dalam daerah keimanan dan keislaman. "Orang-orang yang beriman itu bersaudara" ( Al-Qur'an Al-Karim).

[ Sebelum menulis status ini, saya sudah mendengarkan potongan video termaksud ]

https://web.facebook.com/UstadzAbdulSomad

Setelah Viral, oknum yang menfitnah UAS terkait persoalan lafadz sayyidina pada saat azan akhirnya minta maaf. Ia menuliskan permohonan maafnya pada halaman Facebook UAS di kolom komentar;


Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.